Minggu, 26 Juli 2015

Penyebab Kapal Bisa Terapung, Simak Penjelasannya!


Mengapa Kapal Bisa Mengapung



Pernahkah kalian berfikir mengapa kapal bisa mengapung di air? Jatuhkanlah sebatang besi ke dalam air, maka niscaya batang besi tersebut akan tenggelam. Palu, paku, tang, mereka semua juga terbuat dari besi, dan juga akan tenggelam jika diletakkan di air. Sekarang perhatikan kapal. Kapal terbuat dari besi, massanya ribuan kilogram, namun mengapa kapal dapat terapung di air? Oke berikut penjelasannya buat sahabat bloggers!!!

Prinsip dasar terapung atau tenggelamnya sebuah benda adalah perbandingan antara massa jenis benda tersebut dan massa jenis air. Ketika massa jenis benda lebih besar daripada massa jenis air, maka benda akan tenggelam. Ketika massa jenis benda lebih kecil daripada massa jenis air, maka benda akan terapung.

Pada kenyataannya, batang besi tenggelam di air. Berarti, massa jenis besi lebih besar daripada massa jenis air. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa massa jenis besi adalah 7.900 kg/m3, sedangkan massa jenis air hanya 1.000 kg/m3. Dapatlah kita katakan bahwa massa jenis besi hampir 8x massa jenis air. Lantas, bagaimana ceritanya sampai kapal bisa mengapung di air?

Hukum fisika selalu berlaku sama untuk semua warga semesta. Jika kapal memang dapat mengapung di air, maka pastilah massa jenisnya lebih kecil daripada massa jenis air. Hal ini dapat dijelaskan dengan menilik desain tubuh kapal.

Kapal bukanlah sebuah benda yang keseluruhannya berisi besi. Ada banyak ruang-ruang di dalam kapal. Ada ruang ABK, ruang nahkoda, ruang makan, ruang mesin, dll. Ruang-ruang ini banyak mengandung udara yang mengisi sela-sela kosongnya. Massa jenis udara hanyalah 1,2 kg/m3, sangat-sangat kecil dibandingkan dengan massa jenis besi dan air. Akibatnya, massa jenis kapal tak lagi murni massa jenis besi, melainkan berupa massa jenis rata-rata antara besi dan udara, dan karena persentase udara di dalamnya lebih banyak, maka massa jenis kapal menjadi cukup kecil untuk mengapung di air.

Akan tetapi, sekali kapal mengalami kebocoran, air akan segera masuk dan menggantikan posisi yang tadinya ditempati udara. Akibatnya, massa jenis kapal perlahan-lahan meningkat. Alhasil, pada akhirnya kapal akan tenggelam karena peran massa jenis udara telah hilang. Yang tinggal hanyalah dominansi massa jenis besi yang jauh lebih besar daripada massa jenis air, dan kapal itu pun karam.

Semoga Bermanfaat....

Jumat, 24 Juli 2015

Video Lucu Orang Arab


Video Lucu Orang Arab Ngerjain Kawannya

Simak saja video lucu berikut asli bikin ngakak :v


Bagaimana menurut sahabat bloggers?

Aksi Kocak Polisi Asal Aceh


Pengabdian Polisi Asal Aceh Ini Patut Di Puji


Penasaran seperti apa aksinya mengayomi masyarakat langsung simak saja video di bawah ini :


Bagaimana menurut sahabat bloggers?

Khasiat dan Racun Buah Gadung, Baca Selengkapnya!!!

Khasiat Buah Gadung Serta Racun Yang Terkandung Di Dalamnya 

Mungkin sebagian dari kita sudah tidak asing lagi dengan tanaman ini.Gadung (Dioscorea hispida Dennst., suku gadung-gadungan atau Dioscoreaceae) tergolong tanaman umbi-umbian yang cukup populer walaupun kurang mendapat perhatian. Gadung menghasilkan umbi yang dapat dimakan, namun mengandung racun yang dapat mengakibatkan pusing dan muntah apabila kurang benar pengolahannya. Produk gadung yang paling dikenal adalah dalam bentuk keripik meskipun rebusan gadung juga dapat dimakan. Umbinya dapat pula dijadikan arak (difermentasi) sehingga di Malaysia dikenal pula sebagai ubi arak, selain taring pelandok. Di Indonesia, tumbuhan ini memiliki nama seperti bitule (Gorontalo), gadu (Bima), gadung (Bali, Jawa, Madura, Sunda) iwi (Sumba), kapak (Sasak), salapa (Bugis) dan sikapa (Makassar).
Gadung merupakan Tumbuhan Semak, menjalar, permukaan batang halus, berduri, warna hijau keputihan. Daun tunggal, lonjong, berseling, ujung lancip, pangkal tumpul, warna hijau. Perbungaan bentuk tandan, di ketiak daun, kelopak bentuk corong, mahkota hijau kemerahan. Buah bulat setelah tua biru kehitaman. Biji bentuk ginjal. Bagian yang Digunakan Rimpang.

Kandungan Kimia yang terdapat dalam Gadung antara lain :Alkaloid dioskorina, diosgenina, saponin, furanoid norditerpena, zat pati, dan tanin.

Beberapa Kegunaan atau Manfaat Gadung untuk Kesehatan seperti yang saya dapat dari salah satu situs online Gadung berguna untuk mengobati :

-    Keputihan.
-    Kencing manis.
-    Kusta.
-    Mulas.
-    Nyeri empedu.
-    Nyeri haid.
-    Radang kandung empedu.
-    Rematik (nyeri persendian).
-    Kapalan (obat luar).

Berikut ini beberapa macam Ramuan dan Takarannya bila menggunakan Gadung untuk mengobati Penyakit sebagai berikut :

Kusta (Lepra)
Ramuan untuk Mengobati Penyakit Kusta :
Rimpang Gadung   beberapa keping
Buah Cabe Jawa   beberapa butir
Lada Putih   secukupnya
Kelapa Parutan  secukupnya
Gula Aren   secukupnya
Air   150 ml

Cara pembuatan :
Dibuat infus (direbus untuk diminum).

Cara pemakaian :
Diminum 1 kali sehari 100 ml.

Lama pengobatan :
Diulang selama 14 hari.

Kapalan
Ramuan untuk Mengobati Kapalan:
Rimpang Gadung    secukupnya
Air    sedikit

Cara pembuatan :
Dipipis hingga seperti bubur.

Cara pemakaian :
Balurkan pada bagian kulit yang mengeras.

Lama pengobatan :
Diperbaharui setiap 3 jam.

Rematik
Selain diobati dengan obat modern atau obat tradisional dianjurkan makan Gadung.

PERINGATAN !!!
Pemakaian yang terlalu banyak, dapat menyebabkan keracunan. Keracunan Gadung berakibat kejang-kejang. Penawar sementara kloralhidrat atau kalium bromida.

CATATAN :
Gadung merupakan umbi yang beracun. Agar dapat dimakan perlu pengolahan, seperti berikut ini. Umbi dipotong tipis-tipis, kemudian direndam dalam air yang telah dibubuhi garam. Umbi terus dialiri air sampai air cuciannya tidak berwarna putih. Setelah itu dijemur di panas matahari.

Ada beberapa jenis Gadung, antara lain:
Gadung Bunga Wangi.
Gadung Kuning.
Gadung Kelan.
Gadung Padi (bunga tidak berbau).

Semoga Artikel Saya Bermanfaat!!!

Tempat Paling Fenomenal Di Aceh

Tempat tempat wisata paling fenomenal di Aceh


Halo sahabat bloggers jumpa lagi dengan mimin yang seperti biasa ingin berbagi info info menarik buat sahabat bloggers semua pada kesempatan kali ini mimin ingin sedikit promosi tentang tempat tempat wisata yang ada d kampung halaman mimin yang mungkin bisa menjadi pilihan buat sahabat bloggers yang ingin liburan ke Aceh, langsung aja ....

Ini dia tempat tempat paling fenomenal di aceh

1. Pulau Rubiah



Pulau Rubiah terletak di Sabang, tepatnya di sebelah barat laut Pulau Weh. Nama Rubiah sendiri diambil dari nama yang tertulis di sebuah nisan yang ada di pulau.Tempat wisata di Aceh ini terkenal dengan keindahan alam bawah lautnya. Sedikitnya 14 dari 15 biota laut yang dilindungi di Indonesia ada di sini. Siapkan alat menyelam dan snorkeling Anda dan silakan berenang bersama aneka ikan tropis dan bermain terumbu karang warna-warni. Jika lupa membawa alat snorkeling, Anda bisa menyewanya dengan harga 40.000 Rupiah saja dan bisa Anda gunakan seharian. Tempat ini mungkin bisa jadi pilihan uang bisa anda kunjungi saat berlibur ke Aceh
2. Pantai Lhoknga



Mungkin pantai yang satu ini sudah tidak asing lagi di telinga para sahabat bloggers  yupps..., Pantai Lhoknga berada tak jauh dari Pantai Lampuuk. Tempat wisata ini berjarak sekitar 20 km dari Banda Aceh. Di sini, Anda bisa bersantai di bawah pepohonan yang rindang atau bermain voli pantai di pasirnya yang luas dan landai. 
Jika bersantai dan berjemur di tepian pantai masih kurang menyenangkan bagi Anda, cobalah berselancar di lautnya. Pantai Lhoknga memiliki ombak dengan ketinggian 1,5 – 2 meter yang cocok untuk olahraga ini.Jika hari beranjak sore, para wisatawan bisa menikmati pemandangan matahari terbenam yang cantik di pantai ini. Tempat wisata di Aceh ini semakin ramai pada sore hari, banyak yang datang untuk melihat pemandangan matahari terbenamnya dengan duduk bersantai dan menikmati jagung bakar.

3. Masjid Baiturrahman


Meskipun Mesjid adalah tempat beribadah tetapi wisatawan yang berkunjung ke aceh tak akan melewatkan kesempatan berkunjung ke tempat ini dikarenakan keindahan dan kemegahan ini. Masjid yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda pada tahun 1612 ini telah menjadi ikon Aceh. Bangunan utama masjid berwarna putih dengan kubah hitam besar dikelilingi oleh tujuh menara. Kesan megah semakin terasa dengan adanya kolam besar dan pancuran air di bagian depan masjid yang mengingatkan pada Taj Mahal di India.
Masjid ini menjadi tempat wisata religi di Aceh yang banyak dikunjungi karena keindahannya. Situs Huffington Post memasukkan Masjid Raya Baiturrahman ke dalam daftar 100 masjid terindah di dunia, bahkan Yahoo! menyebut masjid ini sebagai salah satu dari 10 masjid terindah di dunia. Hal ini tentu saja semakin membuat bangga warga Aceh dan Indonesia.

4. Pantai lhokbubon

Berikutnya Objek Wisata Pantai di Kabupaten Aceh Barat yang tidak kalah indah adalah Pantai Lhok Bubon. Pantai ini berada di desa Bubon. Jarak pantai ini lebih jauh dari pantai Lanaga, yaitu sekitar 8 km dari pusat kota Meulaboh. Selain keindahannya, Pantai Lhok Bubon ini juga terkenal sebagai daerah penghasil makanan laut, pantai ini selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat sekitarnya yang ingin menikmati segarnya makanan laut sekaligus menikmati alam pantainya. Selain merupakan tempat tujuan pariwisata, tempat ini menjadi lahan penambahan ekonomi bagi masyarakat sekitarnya.

5. Pantai Batee Puteh

Jika para sahabat bloggers tidak ingin pergi terlalu jauh untuk menuju pantai di Aceh Barat, mimin rekomendasikan untuk mengunjungi Pantai Batee Puteh, karena jaraknya hanya 3 km dari Pusat Kota Meulaboh. Jangan cemas mengenai pemandangannya, karena pantai Batee Puteh ini juga tidak kalah indah dari pantai lainnya di Aceh Barat. Berbeda dengan pantai Lhok Bubon, wisatawan yang berkunjung ke Pantai Batee Puteh ini kebanyakan bertujuan untuk berenang atau hanya sekedar menikmati keindahan pemandangannya. Merupakan tempat liburan yang cocok bagi keluarga, selain itu pantainya yang putih dan bersih menambah daya tarik kawasan wisata ini.

6. Arung Jeram Tangse



Naaah!!! Bagi para sahabat bloggers yang suka tantangan arung jeram tempat ini mungkin cocok buat sahabat bloggers sekalian karena tempat ini merupakan wisata khusus bagi para pecinta olahraga arung jeram dan tentu saja bagi orang-orang yang mempunyai nyali dan disarankan bagi orang-orang yang lemah jantung untuk menjauhi tempat ini. Objek wisata arung jeram Tangse ini menyusuri sungai Tangse-Geumpang yang berbatu dan berarus deras. Objek wisata arung Jeram ini merupakan yang paling ekstrem diantara beberapa yang lain di daerah Aceh dan di Indonesia. Para wisatawan arung jeram mancanegara juga telah membuktikan nyalinya disini.


Tidak hanya tempat khusus itu saja yang membuat suatu tempat tujuan wisata favorit, tapi sepanjang jalan menuju ke daerah Tangse membuat siapa saja betah berlama-lama di daerah ini. Pemandangan alamnya dan uap buminya akan memberikan paket bonus yang sangat istimewa. Pernah menguapi tubuh langsung dengan uap bumi? Jika tidak Anda harus melakukannya dan uap bumi di daerah tangse ini menurut info dari para penduduk bisa menyembuhkan penyakit.

7.Pantai Kuala Jeumpa


Pantai Kuala Jeumpa

Pantai yang berada di Kecamatan Kuala Jeumpa, Kab.Bireuen ini selain sebagai tempat obyek wisata, disini pengunjung juga bisa melihat para nelayan beserta perahu mereka untuk menangkap ikan. Pantai yang alamnya sangat indah dengan pulau-pulau kecil yang terletak disamping muara sungai. Ditempat ini juga merupakan tempat bertelurnya penyu. Disamping itu juga merupakan tempat mendaratnya perahu para nelayan tradisional.Hal ini tentu menambah daya tarik wisata yangsatu ini.

8. Air terjun Blang kulam


Air Terjun Blang Kolam
Air Terjun Blang Kolam
Tempat wisata alam yang satu ini sayang untuk dilewatkan. Air Terjun Blang Kolam terletak di Desa Sidomulyo, Aceh Utara dan bisa ditempuh dalam waktu 30 menit dari Lhokseumawe.
Di sini, Anda bisa melihat air terjun kembar dengan tinggi 75 meter yang dikelilingi oleh pepohonan rindang. Di sekitar air terjun, ada banyak orang yang bermain air, berendam di kolam tampungan air terjun atau sekedar bersantai di tepiannya. Jika Anda ingin merasakan pengalaman yang berbeda, coba datang dengan membawa perlengakapan berkemah Anda. Di Air Terjun Blang Kolam ini, Anda bisa berkemah dan menikmati alam bebas dengan tarif 5.000 Rupiah per orang.
Tempat wisata di Aceh ini tak hanya menawarkan keindahan alamnya, namun juga menawarkan harga yang murah. Anda cukup membayar 2.500 Rupiah per orang untuk bisa masuk dan membuktikan keindahan Air Terjun Blang Kolam.

9. Pulau Seumadu

Pulau Seumadu – Lhokseumawe
Pulau Seumadu – terkenal sebagai tempat wisata pilihan di Kota Lhokseumawe. Hal ini dikarenakan indahnya pemandangan dan suasana yang bisa anda temukan disini, belum lagi akses yang mudah untuk mencapai lokasi. Pulau ini juga  dengan nama Pantai Rancong.
Lokasi dan Transportasi
Pulau Seumadu terletak di Kecamatan Muara Satu, Kota Lhokseumawe. Tempat wisata ini berada tidak jauh komplek perumahan PT Arun yakni perusahaan yang bergerak di bidang perminyakkan terbesar di provinsi Aceh. Jaraknya adalah sekitar 12 km dari pusat kota Lhokseumawe.
Rute yang harus anda ambil untuk menuju lokasi ini adalah, cukup mengikuti Jalan Banda Aceh-Medan. Tak jauh dari sini anda akan menemukan gerbang perumahan PT Arun, kemudian berbeloklah ke kiri. Jalan yang anda lalui cukup bagus dan luas. Sekitar 100 meter anda akan melihat tulisan selamat datang di Pulau Seumadu dan anda telah sampai ke lokasi pantai.
Wisata
Pulau Seumadu, dulunya bernama Pantai Rancong. Namun, seiring waktu berjalan, sekarang lebih sering disebut Pulau Seumadu. Asal muasal berubahnya nama ini, sebenarnya memiliki cerita yang nyata. Di wilayah ini, dulunya menjadi tempat tinggal para istri kedua yang tinggal bersama suaminya.
Nah, salah satu dari suami itu bernama Pak Jali. Ia kemudian membangun sebuah warung makanan di dekat Pantai Rancong dengan nama Warung Seumadu. Ia merupakan orang pertama yang mendirikan warung makan yang kemudian diikuti warga lainnya. Sejak saat itu, orang-orang mulai menyebut tempat ini dengan sebutan Pulau Seumadu.
Ketika anda memasuki wilayah Pulau Seumadu, anda akan terpesona dengan hamparan pasir dan air laut yang sangat indah. Pulau ini menjadi wisata andalan masyarakat Lhokseumawe dan wilayah di sekitarnya, untuk melepas penat ataupun sekedar menghabiskan waktu liburan.
Untuk memasuki pulau ini memang ada sebuah jembatan penghubung yang sudah dibangun oleh salah seorang warga sekitar. Untuk itu, terkadang anda diminta uang Rp 1.000*) per orang untuk biaya perbaikan dan perawatan jembatan.
Jika anda membawa kendaraan, anda akan dikenakan biaya parkir Rp 5.000*) untuk kendaraan roda empat dan Rp 2.000*) untuk kendaraan roda dua. Keuntungannya, biaya parkir yang anda bayarkan ini bisa anda gunakkan untuk mencoba menaiki perahu bebek secara gratis.
Anda bisa menemukan lokasi perahu bebek ini di area teluk yang dangkal didekat warung makan yang menjual makanan cepat saji. Sayangnya, anda hanya memiliki waktu 15 menit untuk mencoba menaiki perahu bebek tersebut karena anda harus bergantian dengan pengunjung lainnya.
Perahu bebek tersebut hanya bisa anda gunakkan di area teluk, karena jika anda sudah menyebrang, ditakutkan anda akan menuju area laut yang dalam. Jika anda ingin merasakkan deburan ombak yang indah, anda tinggal menyebrangi jembatan yang tadi.
Tetapi, kendaraan anda tidak bisa dibawa, karena jembatan ini berupa jembatan darurat yang sederhana. Jika tidak ada jembatan ini, anda terpaksa menyewa boat untuk menyebrang.
Nah, di depan warung yang sama, anda bisa menyalurkan hobi memancing anda disini. Sudah disediakan fasilitas berupa tempat duduk yang bisa anda gunakkan untuk memancing ikan. Biasanya, di hari-hari biasa (senin-jum’at) ada beberapa nelayan yang mengambil ikan di tempat ini.
Hal ini dikarenakan pada hari-hari biasa pengunjung tidak terlalu membludak, sedangkan pada hari-hari libur, pengunjung bisa mencapai empat kali lipat dari pengunjung di hari biasa.
Di pulau ini banyak di tumbuhi pohon-pohon terutama pohon cemara, jadi anda bisa bersantai di bawah pohon sambil menikmati beberapa makanan yang dijual di area pulau ini. Umumnya, jika di hari biasa kebanyakkan pasangan muda mudi yang datang ke area pulau ini. Tapi, jika di hari libur, mulai dari muda mudi yang datang berpasangan ataupun berombongan serta beberapa keluarga akan terlihat di kawasan Pulau Seumadu ini.
Nah, buat anda yang gemar bernyanyi, salurkan hobi anda di salah satu warung yang menyediakan fasilitas karaoke. Anda bisa membawa kaset sendiri ataupun menggunakan kaset yang tersedia di warung tersebut. Kapan lagi bisa memeriahkan suasana Pulau Seumadu dengan suara anda yang akan menghibur.
Di area pulau ini, sudah disediakan fasilitas pelengkap. Seperti tempat parkir resmi, sehingga anda bisa merasa aman meninggalkan kendaraan anda. Toilet juga sudah cukup banyak di sini, yakni sekitar enam buah. Karena Aceh merupakan provinsi yang kental dengan agama, tentunya sudah disediakan juga tempat untuk beribadah yakni disediakannya tempat solat bagi para wisatawan yang datang di jam-jam solat.

Apakah Anda Termasuk Anak Indigo? Baca disini!!!

7 Ciri-ciri Anak Indigo Berdasarkan Fisik dan Psikologi


Memiliki keistimewaan memang bukan sebuah keinginan setiap individu akan tetapi lebih menjadi sebab pilihan yang telah menjadi takdir. Tidak selamanya keistimewaan dapat diterima oleh setiap individu apalagi bagi anak-anak yang memiliki keistimewaan panca indera atau lebih dikenal dengan anak indigo. Kesulitan adaptasi dengan kelebihan yang dimilikinya seringkali membuat anda kesulitan dalam memahami mereka. Adapula yang menyebutkan bahwaanak indigo adalah mereka yang memiliki kemampuan di luar batas anak normal lainnya. Sehingga dalam beberapa kasus ditemukan anak yang tumbuh di keluarga dengan menggunakan bahasa indonesia justru sangat fasih dalam menggunakan bahasa asing (inggris) pada awal mula dia bisa berbicara tanpa ada yang memberikan pengajaran khusus. Anak indigo dipopulerkan oleh penemuan Nancy Ann Tappe dalam sebuah buku yang menemukan adanya warna aura manusia yang dihubungkan dengan kepribadian. Seorang konselor di Amerika Serikat ini menemukan adanya warna indigo atau nila, pencampuran antara warna biru dan ungu yang biasanya dimiliki oleh orang dewasa ditemukan pada anak-anak. Tidak semua orang tau bahwa setiap anak indigo memberikan ciri ciri dalam kehidupan setiap harinya.

Berikut adalah ciri ciri anak indigo berdasarkan fisik dan psikologis :

1.  Memiliki jiwa yang tua
Anak indigo memiliki jiwa yang cenderung lebih tua dibanding dengan usia sebayanya. Sebagian dari mereka ada yang menunjukan pertumbuhan jiwa di usianya yang masih bayi dalam memahami kemampuan berfikir, memahami benda-benda dan karakter orang dewasa. Bahkan perkembangan jiwa yang tumbuh cepat mempengaruhi pertumbuhan fisik seperti tumbuhnya gigi  dan kemampuan motorik yang lebih cepat dibandingkan dengan keadaan normalnya.
2.  Bentuk kepala yang memiliki ciri khas
Bentuk fisik yang mungkin anda lihat adalah kepala yang sedikit besar dari anak seusinya terutama terlihat jelas pada bagian lingkar kepala, dahi dan kening yang lebih lebar. Kuantitas otaknya lebih besar dikarenakan mempunyai kemampuan dalam menganalisi panca inderannya.
3.  Bentuk daun telinga
Anak indigo dapat dilihat dari daun telinga yang memiliki perbedaan ketimbang anak lainnya seperti bentuknya yang sedikit keluar dari kepalanya, telinganya lebih memanjang di bagian ujung atas dan menekuk bagian cuping bawahnya. Hal ini terjadinya karena kepekaan dalam pendengarannya di atas normal.
4.  Mata yang lebih tajam
Anak indigo memiliki tatapan mata yang tajam dan dalam apalagi di bagian pupil lebih besar dibanding dengan anak normalnya, sehinga terkesan memilii sedikit ruang warna putih. Dengan mata yang tajam seperti ini anak indigo memiliki kemampuan supranatural dalam melihat dimensi-dimensi lain yang tidak kasat mata.
5.  Tanda kelahiran
Pada anak anak indigo sering kali ditemukan tanda-tanda kelahiran yang aneh seperti yang terdapat di dahi, atau kedua matanya. Warna tanda kelahiran anak indigo biasanya cukup jelas seperti warna lebam, bekas pukulan.
6.  Bagian tubuh yang sakit
Dalam beberapa kasus anak yang mempunyai keistimewaan ditemukan pernah mengalami sakit kepala yang tidak tertahankan kemudian lambung yang melemah. Hal ini dikarenakan adanya stress dalam berpikir yang keras yang tidak dikehendaki sehingga memerlukan energi yang besar. Sedangkan lambung yang lemah dikarenakan produksi asam lambung yang meningkat ketika anak indigo stress.
7.  Kepribadian emosional
Anak indigo memiliki empati yang tinggi disebakan karena kepekaan yang berlebih pada lingkungannya. Anak indigo juga memiliki rasa marah yang mendesak sehingga menjadi semangat dalam memperbaiki keadaannya. Terkadang anak indigo mendengar suara yang diluar batas kemampuanyya sehingga menjadikan dirinya pribadi yang berubah-ubah.

Kamis, 23 Juli 2015

Walisongo Berasal dari Aceh?

Islam Aceh dan Walisongo 


Dalam sejarah Islamisasi di tanah Jawa, terkenallah beberapa tokoh ulama besar yang sangat melekat pada ingatan masyarakat Jawa, dan tokoh ulama-ulama tersebut sering sekali mewarnai berbagai literatur pembahasan sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Jawa. sebuah wadah yang disebut “dewan dakwah”, dimana dalam wadah ini adalah sembilan ulama besar dan merekalah yang bertanggungjawab atas Islamisasi di tanah Jawa. Sembilan nama ulama besar ini terkenal kemudian dengan sebutannya Wali Songo, (sembilan wali) yang beberapa di antara mereka adalah berasal dari Pasai Aceh. Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa di mulai dari abad ke 14. Mereka kemudian bertempat tinggal di tiga wilayah penting yang berbeda di pantai utara pulau Jawa, yaitu meliputi: Jawa Timur di daerah Surabaya, Gresik, Lamongan. Jawa Tengah di daerah Demak, Kudus, Muria. Dan di Jawa Barat yaitu di Cirebon. Karena ulama-ulama ini dalam  suatu dewan dakwah, maka apabila salah satu anggota dewan ini meninggal, maka akan dicari penggantinya. Sebenarnya, para ulama-ulama yang menyebarkan Islam di Jawa tidak hanya terdiri dari sembilan wali saja, melainkan lebih bahkan mereka terdiri dari beberapa periode, namun tokoh ulama yang sangat terkenal dan memiliki pengaruh yang besar ialah: Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Drajad, Sunan Muria, Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, Sunan Gunung Jati. Menurut KH. Mohammad Dahlan, Para Walisongo tidak hidup pada saat yang persis bersamaan, namun hubungan antara mereka memiliki keterkaitan yang erat satu sama lainnya, baik dalam ikatan darah (orang tua dengan anak) atau karena pernikahan, maupun dalam hubungan sebagai guru dengan murid.
Ketika masa Walisongo melaksanakan tugasnya yaitu memperkenalkan agama Islam pada masyarakat Jawa, pada saat itu adalah era (kekacauan) melemahnya dominasi Hindu-Budha (Majapahit) dalam budaya Nusantara untuk kemudian digantikan dengan kebudayaan Islam, dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16. Dan sebelumnya di Aceh pada abad ke 9, telah berdiri sebuah kerajaan Kesultanan Islam Peureulak, yang kemudian menjadi kerajaan Islam terbesar dan megah di Asia Tenggara pada masa Sultan Malikussaleh di abad 13. Jadi dengan demikian terlihat jelas bahwa kerajaan Samudera Pasai telah berkontribusi besar dalam meng-Islamkan masyarakat Jawa dengan melihat pendekatan abad, dan saat itu pula para Mubaliqh dari Pasai di tugaskan untuk berdakwah ke Jawa yaitu yang dipimpin oleh Maulana Malik Ibrahim, yang kemudian dikenal  Walisongo. Walisongo dalam pandangan masyarakat Jawa adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan memperkenalkan Islam. Namun peranan mereka (Walisongo) yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak mendapat perhatian dibanding tokoh yang lain. Kemudian dalam metode dakwah yang dilakukan oleh para Walisongo memiliki keunikan masing-masing yang satu sama lain cenderung tidak sama dan melakukan penyesuaiyan dengan masyarakat setempat, hal ini disebabkan karena para Walisongo telah memahami konteks sosial-politik masyarakat Jawa yang telah lama di bawah bimbingan Majapahit yang berpaham dinamisme dan animisme. Jadi singkretisme dalam kepercayaan (Islam) di Jawa sampai saat ini merupankan warisan Majapahit. Selain itu, Para Walisongo merupakan  kumpulan orang-orang intelektual yang menjadi pembaharu bagi masyarakat Jawa pada masanya. Pengaruh mereka terasa dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru di Jawa, selain memiliki pengetahuan agama yang tinggi, para Walisongo juga mengajarkan cara menjaga kesehatan, bercocok tanam, Perniagaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan, hingga perihal kepemerintahan.
Mengenai asal dari mana para Walisongo, banyak orang sedikit sekali menyadarinya bahwa empat dari sembilan wali yang menyebarkan agama Islam di Jawa berasal adalah dari Samudera Pasai.[1] Hal ini terjadi karena tidak ada perhatian  serius (penelitian secara mendalam) dari berbagai pihak baik di Aceh maupun ilmuan di Jawa. mereka dalam mengkajinya cenderung tersamarkan referensi mengenai kejayaan kerajaan Islam Aceh, tetapi memang demikianlah faktanya sekarang. Mungkin sebagian generasi baru di Aceh dan para ilmuan di Jawa tidak memahami bahwa, Belanda punya kecenderungan untuk tidak mengakui keagungan kerajaan Islam dan upaya kerajaan Islam Pasai dalam islamisasi di Nusantara, (Belanda melakukan ini untuk kelancara zendeling-misionaris di bumi Nusantara). Alhasil, kajian-kajian yang dilakukan oleh ilmuan yang di Jawa menjadi kontradiktif dengan faktanya, dan ini berlangsung begitu saja tampa ada kajian yang kritis kemudian. Selain itu, sejarah yang kontradiktif ini menjadi mata pelajaran untuk generasi bangsa berikutnya semenjak negara Indonesia lahir, ataupun memang ada unsur-unsur tidak ada tempat sejarah kerajaan Islam Pasai dalam pengetahuan anak bangsa Indonesia, sehingga menjadikannya samar dan gelap. Padahal kerajaan Islam Samudera Pasai telah banyak melakukan dakwah-dakwah ke sebahagian wilayah-wilayah Asia Tenggara.
Telah berlangsung lama mengenai, dari manakah asal mula seorang wanita yaitu Puteri Champa yang telah menjadi pendamping hidup (istri) dari Raden Prabu Barawijaya V. Dan Raden Prabu Barawijaya sendiri adalah Raja terakhir dari Kerajaan Hindu Majapahit di Jawa. kemudian, dari hasil perkawinan ini telah melahirkan seorang putra yang kemudian di kenal yaitu Raden Fatah, Sultan pertama Kerajaan Islam Demak. Kemunculan Kerajaan Islam Demak pertama ini adalah menandakan mengsaingi Kerajaan Hindu Jawa yang terpaksa kalah  dan berakhir kekuasaannya di Jawa. Untuk mengkaji lebih mendalam lagi, maka akan di gunakan dua pendekatan teori dan akan membahas dua teori tersebut secara lebih luas lagi. teori yang Pertamayang dikemukakan oleh Christiaan Snouck Hurgroje[2]dan para peneliti Belanda lainnya, menyatakan yaitu: bahwa daerah Champa beranggapan di sekitar wilayah Kambodia (Vietnam sekarang). Dari asumsi ini, kemudian mereka menyatakan bahwa Wali Songo dalam proses melakukan Islamisasi di Jawa menjadikan daerah Champa-Kambodia ini sebagai tempat basis perjuangan. Kemudian mereka beranggapan lagi bahwa, di Champa-Kambodia peradaban Islamnya lebih besar dan maju dari pada di Aceh. Padahal, di Champa-Kambodia masa itu sedang di perintah oleh Che Bong Nga 1360-1390 Masehi, dan tidak ada sumber yang jelas apakah Raja ini Muslim atau bukan. Namun pada umumnya agama Buhda adalah mayoritas penduduk Kambodia sampai sekarang, hal ini bisa di lihat dari banyaknya peninggalan kuil-kuil dan sulit menemukan bagunan masjid di sana. Disisi lain, mengenai literatur hubungan Penguasa Champa dengan Islam tidak banyak, ditambah lagi tidak ditemukannya bukti kegemilangan (era-emas) Islam disana. Hal ini berbeda jika dibandingkan sebagaimana yang ditinggalkan para pendakwah di Perlak, Pasai dan Malaka. Ketika itu, di Champa Kambodia yang bersamaan masa Maulana Malik Ibrahim sedang terjadi pembantaian terhadap kaum Muslim yang dilakukan oleh Dinasti Ho yang membalas dendam atas kekalahannya pada pasukan Khulubay Khan, Raja Mongol yang Muslim. Jadi sangat mustahil bagi Walisongo untuk menjadikan Champa Kambodia sebagai basis perjuangan Islam di sana dengan kondisi seperti itu. Namun teori dari orientalis Belanda ini banyak di jadikan rujukan oleh ilmuan-ilmuan yang berada di Indonesia khususnya di Jawa.
Sedangkan teori yang kedua datang dari Raffles[3] yang ber-argumen bahwa: Champa yang banyak di asumsi orang Indonesia bukan berada di Kambodia (Vietnam) sekarang, sebagaimana dinyatakan oleh para peneliti Belanda. Akan tetapi, munurut Raffles, Champa adalah sebuah nama daerah di sebuah wilayah tepatnya berada di Aceh, dan masyarakat Aceh setempat menyebut daerahnya itu dengan nama ”Jeumpa”, sekarang dikenal daerah ini dengan nama kabupaten Aceh Jeumpa kota Bireun. Kata Jeumpa bagi dialek bahasa Jawa pada saat itu menjadi kata Champa, karena salah penyebutan itu akhirnya bagi ahli sejarah berikutnya mengalamatkan (menghubungkan) Walisongon dengan kerajaan Champa Kambodia dan Vietnam sekarang. Kata Jeumpa di Aceh sendiri terurai indah dalam sebuah lagu clasik Aceh dengan potongan liriknya, “bungong Jumpa bungong Jumpa meugah di Aceh” (bungan Jeumpa-bungan Jeumpa megah di Aceh). Makna dari Bungan Jeumpa adalah, wanita[4]daerah Jeumpa Aceh terkenal ke penjuru dunia baik karena kecantikannya, (seperti kisah: Permaisuri[5]Maha Prabu Brawijaya V), keperkasaannya (seperti kisah Cut Nya Dien, Malahayati), kepemimpinan (seperti kisah Ratu-ratunya Aceh) dan lain-lainnya. Dalam Babad Tanah Jawi, di sebutkan bahwa ”Putri Champa” adalah  istri Prabu Brawijaya V, ia bernama Anarawati (Dwarawati) dan ia beragama Islam. Kemudian, masih dalam kisah yang sama bahwa putri Champa-lah yang melahirkan Raden Fatah. Raden Fatah sendiri oleh ibunya menyerahkan pendididikan putranya itu kepada keponakannya yaitu pada Sunan Ampel (Raden Rahmat) yang berada di Ampeldenta Surabaya. Dalam perjalanan yang panjang Raden Fatah kemudian menjadi Sultan pertama dari Kerajaan Islam Demak, Kerajaan Islam pertama di tanah Jawa.
Sebuah keyataan yang harus di terima oleh Putri Champa, ia meninggalkan daerah kelahirannya untuk pergi ke tanah Jawa, konon suaminya pada saat itu masih beragama Hindu. Berhubung adanya sebuah misi besar yang akan di lakukan oleh Ulama Maulana Malik Ibrahim, maka wanita inipun ikut melakukan perjuangan islamisasi di Jawa, dan Maulana Malik Ibrahim sendiri adalah ketua dari rombongan dewan dakwah yang di tugaskan oleh Sultan Muslim kerajaan Islam. (ketika itulah putri Champa menjadi istrinya Prabu Brawijaya V). Sebuah sikap yang sangat berani di ambil oleh Putri Champa, takalah pada saat itu ia rela meninggalkan kompleks lingkungan istana Majapahit dengan tujuan agar anaknya mendapat pendidikan agama Islam yang baik pada Raden Rahmat (Sunan Ampel). Dan Sunan Ampel juga di lahirkan di daerah yang sama dengan Putri Champa di kerajaan Islam yang mega itu.
Syeh Maulana Malik Ibrahim adalah seorang tokoh ulama besar yang pertama-tama yang memperkenalkan Islam (Islamisasi) di Jawa, Banyak Para ahli sejarah yang memperkirakan Maulana Malik Ibrahim berada Champa selama 13 tahun lamanya, antara tahun 1379 sampai dengan 1392. Untuk menghindari multi tafsir atas kata Champa, asal dari mana Putri Champa, Maulana Malik Ibrahim, dan rombongannya itu, maka di sini akan melakukan perbandingan mengenai Champa di Aceh dengan Champa di Kambodia. Sultan Cam atau Sultan Champa adalah Wan Abdullah atau Sultan Umdatuddin atau Wan Abu atau Wan Bo Teri atau Wan Bo, yang memerintah pada tahun 1471 M – 1478 M. Dan Sultan Cham ini adalah anak saudara dari Maulana Malik Ibrahim, yaitu anak dari adik beliau bernama Ali Nurul Alam, dari ibu keturunan Patani-Senggora di Thailand sekarang.
Berdasarkan silsilah Kerajaan Kelantan Malaysia, adalah: Sultan Abu Abdullah (Wan Bo) ibni Ali Alam (Ali Nurul Alam) ibni Jamaluddin Al-Husain (Sayyid Hussein Jamadil Kubra) ibni Ahmad Syah Jalal ibni Abdullah ibni Abdul Malik ibni Alawi Amal Al-Faqih ibni Muhammas Syahib Mirbath ibni ‘Ali Khali’ Qasam ibni Alawi ibni Muhammad ibni Alawi ibni Al-Syeikh Ubaidillah ibni Ahmad Muhajirullah ibni ‘Isa Al-Rumi ibni Muhammad Naqib ibni ‘Ali Al-Uraidhi ibni Jaafar As-Sadiq ibni Muhammad Al-Baqir ibni ‘Ali Zainal Abidin ibni Al-Hussein ibni Sayyidatina Fatimah binti Rasulullah SAW.
Raja Champa yang merupakan mertua Maulana Malik Ibrahim, sekaligus ayah kandung dari Puteri Champa ini menjadi kurang tepat jika di jadikan sebuah asumsi demikian. Padahal jika dikaitkan dengan fakta di atas (sisila Kerajaan Kelantan Malaysia), mustahil mertua Maulana Malik atau ayah ”Puteri Champa” itu adalah Wan Bo (Wan Abdullah), karena menurut silsilah dan tahun kelahirannya, beliau Wan Bo (Wan Abdullah) adalah anak saudara Maulana Malik yang keduanya terpaut usia 50 tahun lebih. Raden Rahmat (Sunan Ampel) sendiri lahir pada tahun 1401. Dengan demikian sangat berkemungkinan yang dimaksud dengan Kerajaan Champa tersebut bukan Kerajaan Champa yang dikuasai Dinasti Ho Vietnam, tapi sebuah perkampungan kecil yang berdekatan dengan Kelantan. Pendapat yang lain juga mengatakan Champa itu berdekatan dengan daerah Fatani, Selatan Thailand berdekatan dengan Songkla, yang merujuk daerah Senggora.
Jamaluddin pertamanya ia menjejakkan kakinya ke Kemboja dan Aceh,[6] kemudian belayar ke Semarang dan menghabiskan waktu bertahun-tahun di Jawa, hingga akhirnya melanjutkan pengembaraannya ke Pulau Bugis, dan dia meninggal disana. (al-Haddad 1403 :8-11). Diriwayatkan pula beliau menyebarkan Islam ke Nusantara bersama rombongan kaum kerabatnya. Anaknya Saiyid Ibrahim, yaitu Maulana Malik Ibrahim ditinggalkan di Aceh untuk mendidik masyarakat setempat dalam bidang ilmu keislaman. Kemudian, Saiyid Jamaluddin ke Jawa, selanjutnya ke negeri Bugis pada tahun 1452 M, dan meninggal dunia di Wajok (Sulawesi Selatan) pada tahun 1453 M. Dengan demikian terlihat jelas bahwa, yang ke Kamboja itu adalah ayahnya Maulana Malik Ibrahim, yaitu Saiyid Jamaluddin yang menikah di sana dan menurunkan Ali Nurul Alam. Sedangkan mayoritas ahli sejarah menyatakan Maulana Malik Ibrahim lahir di Samarkand atau Persia pada paruh awal abad ke-14[7]. sehingga ia di gelar Syekh Maghribi. Dan Maulana Malik Ibrahim sendiri dibesarkan di Aceh, dan ia menikah dengan puteri Aceh yang dikenal sebagai Puteri Raja Champa, yang melahirkan Raden Rahmat (Sunan Ampel). Kawasan Jeumpa (Champa) pada saat itu merupakan mitra Kerajaan Pasai yang menjadikan tempat jalur dan tempat peristirahatan yang menuju ke Kota seperti seperti Barus, Fansur dan Lamuri dari Pasai ataupun Perlak. Dan selain itu, Kerajaan Pasai merupakan tempat pengembangan Islam, dan dakwah Islam yang memiliki banyak ulama  dari seluruh penjuru dunia. Sedangkan Sultan-Sultan Kerajaan Aceh sangat gemar berbahas tentang masalah-masalah agama di istananya, dan disitupun banyak berkumpul sejumlah ulama besar seperti dari Persia, India, Arab dan dari lain-lainnya.
Menurut Ayzumardi Azra[8] dalam  Jaringan Ulama Nusantara, ia menjelaskan bahwa hubungan dakwah yang menggunakan jalur laut pada saat itu sudah terjalin sangat bagus yang berhubungan lintas pulau dan benua, misalnya seperti Jawa-Pasai-Gujarat-Persia-Muscat-Aden sampai Mesir. Sementara di wilayah Aceh yaitu di Jeumpa, lebih mungkin berada sebagai pusat gerakan untuk para ulama-ulama, ketimbang di Champa Kambodia sebagai jaringan ulama dan hal ini sulit karena Kambodia-Vietnam sendiri mengalami iklim tidak kondusif dan tidak stabil yang menguntungkan Islam. Kerajaan Pasai merupakan tempat pusat Islamisasi Nusantara, oleh dasar itu, maka kerajaan Islam Pasai tentunya mempunyai kepentingan dalam rangka menumbangkan Kerajaan Jawa Majanpahit yang beragama Hindu, karena Kerajaan Majanpahit adalah satu-satunya penghalang utama untuk pengislaman tanah Jawa. Di Kerajaan Pasai merupakan tempatnya berkumpul berbagai para Ulama dari berbagai latar belakang dan para cerdik pandai Kerajaan Pasai, mereka inilah yang kemudian menyusun strategi terus menerus dengan segala jaringannya untuk menaklukkan Kerajaan Jawa-Hindu itu. Salah satu dari satrategi itu adalah, ditempuhlan jalan diplomasi dan dakwah oleh para duta dari Kerajaan Pasai. Maulana Malik Ibrahim di percayai sebagai kepala rombongan sekaligus ia utusan senior dari para pendakwah. Strategi yang lainya juga yaitu yang dianggap bijak melalui jalur perkawinan, antara Puteri Jeumpa (Dwarawati) dengan Prabu Brawijaya V. Dari hasil perkawinan ini sejarah mencatat bahwa lahirlah Raden Fatah yang kemudian menjadi Sultan Kerajaan Islam Demak pertama, yang kemudian menumbangkan Kerajaan Jawa Majapahit dan kerajaan-kerajaan Hindu lainya.
Hubungan satu sama lain di antara para pendakwa Walisongo bisa dilihat sebagai berikut, baik dalam ikatan darah (orang tua dengan anak), pernikahan, maupun dalam hubungan sebagai guru dengan murid:
(1). Maulana Malik Ibrahim: Ia bersaudara dengan Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, dan Maulana Ishak sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang ulama Persia. Pasai merupakan tempat kediaman Maulana Malik Ibrahim, sang toko utama dan pertama dari gerakan Wali Songo yang berperan dalam pengembangan Islam dan melahirkan para Ulama di tanah Jawa. Mayoritas ahli sejarah menyatakan Maulana Malik Ibrahim lahir di Samarkand atau Persia, sehingga di gelar Syekh Maghribi. Beliau sendiri dibesarkan di Aceh dan menikah dengan puteri Aceh yang dikenal sebagai Puteri Raja Champa, yang melahirkan Raden Rahmat (Sunan Ampel). Maulana Malik Ibrahim meninggal di Gresik tahun 1419 M, dan Makamnya yang terletak dikampung Gapura di Gresik.
(2). Sunan Ampel: atau Raden Rahmat yang dikatakan lahir di Champa  yang merupakan Jeumpa-Aceh, kemudian hijrah pada tahun 1443 M ke Jawa dan mendirikan Pesantren di Ampeldenta Surabaya, ia adalah seorang ulama besar, yang tentunya mendapatkan pendidikan yang memadai dalam lingkungan Islami. Sunan Ampel adalah anak dari Maulana Malik Ibrahim dengan Putri Raja Champa. Putri Raja Champa adalah wanita asal Jeumpa-Aceh. Sunan Ampel kemudian kawin dengan putri Tuban bernama Nyai Ageng Manila, dari perkawinannya ini beliau memperoleh 4 orang anak: Putri Nyai Ageng Maloka, Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat), Putri Istri Sunan Kalijaga. kemudian Sunan Ampel wafat pada tahun 1425 M, serta dimakamkan di Tuban.
(3) Sunan Bonang: atau Raden Maulana Makdum Ibrahim, kemudian masyarakat Jawa lebih mengenal dengan sebutan Sunan Bonang, ia adalah seorang putera dari Sunan Ampel. Sunan Bonang mendapat pendidikan agamanya pada ayahnya sendiri yaitu Sunan Ampel. Sunan Bonang daerah tugas dakwah-Islamisasi semasa hidupnya adalah terutama di wilayah Tuban dan sekitarnya (Jawa Timur), dan ia dikenal seorang ulama semasa hidupnya yang gigih dan giat sekali menyebarkan agama Islam. Sunan Bonang juga mendirikan pondok pesantren di daerah Tuban, di pasantren ini pula ia mendidik serta menggembleng kader-kader muda Islam yang kemudian merekalah yang akan ikut juga menyiarkan agama Islam ke seluruh tanah Jawa. konon beliaulah yang menciptakan gending Dharma serta berusaha mengganti nama-nama hari nahas (hari sial) menurut kepercayaan Hindu, serta Sunan Bonang mengantikan juga nama-nama dewa Hindu dengan nama-nama malaikat dan nama nabi-nabi.
Di masa hidupnya, beliau juga termasuk orang yang membantu berdidinya kerajaan Islam Demak. serta ia ikut pula membantu mendirikan Masjid Agung di kota Bintoro Demak. Pada masa hidupnya Sunan Bonang pernah belajar ke Pasai. Pada saat itu di Pasai terdapat perguruan tinggi Islam, dengan kata lain Sunan Bonang juga alumni perguruan tinggi Islam yang sudah berkembang pesat di Aceh. Sekembalinya dari Pasai, Sunan Bonang memasukkan pengaruh Islam ke dalam kalangan bangsawan dari keraton Majapahit, serta mempergunakan Demak sebagai tempat berkumpul bagi para murid-muridnya. Sunan Bonang juga adalah yang memberikan pendidikan Islam kepada Raden Patah putera dari Brawijaya V, dari kerajaan Majapahit, dan menyediakan Demak sebagai tempat untuk mendirikan negara Islam. hal ini terlihat dari kepintaranya yang tampak berpolitis, dan Sunan Bonangpun rupanya tercapai cita-citanya (impian) atas terbangunnya kerajaan Islam di Demak. Sunan Bonang diperkirakan lahir pada tahun 1465 M, serta meninggal dunia pada tahun 1525 M.

(4). Sunan Giri: lahir di Blambangan (kini Banyuwangi) pada 1442 M. Maulana Malik Ibrahim memiliki seorang saudara yang terkenal sebagai ulama besar di Pasai, bernama Maulana Saiyid Ishaq. Maulana Saiyid Ishaq inilah sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku). Maulana Saiyid Ishaq ayahnya (Sunan Giri) itu awalnya tinggal di Jawa kemudian pergi ke Pasai-Aceh dan ia tidak kembali lagi ke tanah Jawa, maka Raden Paku atau Sunan Giri kemudian diambil sebagai putera angkat oleh seorang wanita kaya yang bernama Nyi Gede Maloka. Dalam Babad Tanah Jawa, disebut bernama dengan Nyai Ageng Tandes atau Nyai Ageng. Sunan Giri mendapat pendidikannya pada Raden Rahmat (Sunan Ampel). Dalam masa pendidikan itulah Raden Paku bertemu dengan Maulana Makdum Ibrahim, putera-puteranya Sunan Ampel yang bergelar Sunan Bonang. Suatu ketika, Sunan Ampel memerintahkan kepada Maulana Makdum Ibrahim dan Raden Paku untuk pergi menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Dalam perjalanan menuju ke tanah Suci itu,  mereka singgah terlebih dahulu di Pasai-Aceh untuk menuntut ilmu pada para ulama di tempat tersebut. Raden Paku yang kemudian bergelar Syekh Ainul Yaqin[9] mengadakan tempat berkumpul di pondok pesantrennya di Giri, itu sebabnya ia dijuluki Sunan Giri. Dimana murid-muridnya terdiri pada orang-orang kecil (rakyat jelata). Kontribusinya dalam hal bidang lain misalnya, ia adalah ulama yang mengirim utusan (muridnya) ke beberapa wilayah ke luar Jawa. murid-muridnya itu didelegasikan misalnya ke Bawean, Kagean, Ternate, Haruku kepulauan Maluku, dan Madura. Amatlah besar kontribusinya itu jika kita melihat dari kegiatan yang ia lakukan. Sunan Giri ketika meninggal dunia dimakamkan di atas bukit Giri (Gresik). Dan kemudian pasca beliau (Setelah Sunan Giri) meninggal dunia, berturut-turut digantikan oleh yang lain seperti Sunan Delem, Sunan Sedam Margi, Sunan Prapen.
(5). Sunan Drajad: atau Syarifuddin lahir pada tahun 1470 M. adalah seorang putera dari Sunan Ampel, (Sunan Drajad adalah cucunya Maulana Malik Ibrahim dari Pasai). Nama Sunan Drajad ketika kecil yaitu Raden Qosim, Sunan Drajat juga adalah ikut pula mendirikan kerajaan Islam di Demak dan menjadi penyokongnya yang setia, daerah dakwahnya di Jawa Timur dan ia terkenal seorang waliullah yang berjiwa sosial. Dalam pengajaran tauhid dan akidah, Sunan Drajat mengambil cara ayahnya: langsung dan tidak banyak mendekati budaya lokal. Meskipun demikian, cara penyampaiannya mengadaptasi cara berkesenian yang dilakukan Sunan Muria.
(6). Sunan Muria: Dilahirkan dengan nama Raden Umar Said atau Raden Said. Menurut beberapa riwayat, dia adalah putra dari Sunan Kalijaga yang menikah dengan Dewi Soejinah, putri Sunan Ngudung. Nama Sunan Muria sendiri diperkirakan berasal dari nama gunung (Gunung Muria), yang terletak di sebelah utara kota Kudus, Jawa Tengah. Sunan Muria seringkali menjadi penengah, takala konflik internal di kerajaan Kesultanan Demak muncul (1518-1530), Ia dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah. solusi yang di tawarkanyapun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru. Sunan Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan Pati. Gaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan Kalijaga. Namun berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam.
(7). Sunan Kudus: adalah cucu dari Usman Haji yang berasal dari Aceh. Ibu Sunan Kudus adalah adik kandung Sunan Bonang. Sunan Kudus dilahirkan dengan nama Jaffar Shadiq dan Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550. Pada tahun 1530, Sunan Kudus mendirikan sebuah Mesjid di desa Kerjasan, Kudus Kulon, yang kini terkenal dengan nama Masjid Agung Kudus. Sekarang Masjid Agung Kudus berada di alun-alun kota Kudus, Jawa Tengah. Dalam upaya untuk menghormati penganut agama Hindu, Sunan Kudus pernah meminta kepada masyarakat pada masanya untuk tidak memotong hewan kurban sapi dalam perayaan Idul Adha dan mengantikannya dengan kerbau, pesan untuk menggatikan sapi dengan kurban kerbau ini masih banyak didapati berlangsung pada masyarakat Kudus hingga saat ini. Sunan Kudus pernah menjabat sebagai panglima perang untuk Kesultanan Demak, dan dalam masa pemerintahan Sunan Prawoto, dia menjadi penasihat bagi Arya Penangsang. Selain sebagai panglima perang untuk Kesultanan Demak, Sunan Kudus juga menjabat sebagai hakim pengadilan bagi Kesultanan Demak.
(8). Sunan Kalijaga: Lahir sekitar tahun 1450 M. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban keturunan dari tokoh pemberontak Majapahit, Ronggolawe. Masa itu, Arya Wilatikta diperkirakan telah menganut IslamNama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah nama panggilan seperti Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban atau Raden Abdurrahman. Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Pemahaman cenderung “sufistik berbasis salaf” bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih jiwa kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, ia sangat toleran pada budaya lokal. Maka ajaran Sunan Kalijaga terkesan singkretis dalam mengenalkan Islam.


(9). Sunan Gunung Jati: Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar, dan Syekh Jamaluddin Akbar sendiri adalah yang berasal dari Aceh. Dengan kata lain, Sunan Gunung Jati adalah cucunya dari Syekh Jamaluddin Akbar. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah diperkirakan lahir sekitar tahun 1448 M.
       Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah, nama ini lambatlaun berubah pengucapannya menjadi Fattahi’lah.[10] Fatahillah dikenal juga sebagai ulama yang pemberani dalam perperangan, ia mengusir Portugis dari pelabuhan perdagangan Sunda Kelapa, dan kemudian memberi nama daerah tersebut dengan nama “Jayakarta” yang berarti Kota Kemenangan. Kemudian berubah lagi namanya menjadi Jakarta yang kita kenal salama ini. Fatahillah adalah anak dari salah seorang wazir (petinggi kerajaan), dan ia sekaligus juga seorang ulama yang kemudian pergi meninggalkan Pasai menuju Mekah, ketika daerah tersebut dikuasai oleh Portugis. Pada saat Fatahillah kembali ke Pasai, ternyata Pasai masih dikuasai oleh Portugis sehingga ia menuju ke Demak pada awal abad ke 15 M, Demak dimana pada masa itu pemerintahan Raden Trenggono. Kemudian Fatahillah dinikahkan dengan salah seorang adik Sultan Trenggono. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa, Fatahillah pergi ke Mekkah selama tiga tahun untuk memperdalam ilmu agama. Kedatangan Fatahillah ke Jawa pada saat itu disambut sangat baik oleh Sultan Demak (Pangeran Trenggono). Kemudian Sultan Demak memberikan dukungan penuh kepada Fatahillah untuk merebut Sunda Kelapa dan Banten dari kerajaan Pajajaran yang bersekongkol dengan Portugis, dan Fatahillah mendapat kemenangan. Pada tahun 1527 M, dan atas prestasi besar yang di perolehnya itu maka ia diangkat menjadi Bupati Sunda Kelapa oleh Sultan Demak. Kemudian pada tanggal 22 Juni 1527 Fatahillah mengubah nama Bandar Sunda Kelapa menjadi nama Jayakarta. Inilah cikal bakal awal berdirinya kota Jakarta sebagai ibu kota Negara Republik Indonesia.
Bibliografi:
Anwar,  Rosihan,  Kerajaan Islam Samudra Pasai , Harian Kedaulatan Rakyat, (Yogyakarta: 15 Maret 1988)
Arifin, Abdul Hadi, Malikussaleh Reinterpretasi Penyebaran Islam Nusantara, (Lhokseumawe: Unimal Press, 2005)
Azra,  Ayzumardi, Jaringan Ulama Timur Tengah Dan Kepulauwan Nusantara Abad 17 Dan Abad Ke 18,(Bandung: Mizan, 1994).
Jakup, Ismail, Sejarah Islam di Indonesia, (Jakarta: Widjaya)

[1] Lihat : “Kerajaan Islam Samudra Pasai ” H. Rosihan Anwar, Harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, 15 Maret 1988
[2] Christiaan Snouck Hurgroje adalah Orientalis Belanda yang pernah mempelajari Islam sampai pergi ke tanah Arab, dan ia tiba di Jeddah pada tanggal 28 Agustus 1884. Dalam upayanya itu ia berpura-pura memeluk agama Islam (menggati namanya menjadi Abdul Gaffar) untuk kelancaranya mengali informasi kelemahan umat Islam, di Mekkah. Atas saranya itu pemerintah Hindia Belanda menerapkan divide et impera(politik adu domba) di Nusantara khususnya di Aceh untuk memecah perjuangan umat Islam.
[3] Sir TS. Raffles adalah Gubernur Jendral Hindia Belanda dari Kerajaan Inggris yang juga seorang peneliti sosial,  dalam bukunya The History of Java.
[4] Kata Jeumpa dengan Aceh di Nusantara, sering dikaitkan dengan puteri-puterinya yang cerdas dan cantik jelita, di karenakan buah persilangan antara Arab, Parsi, India dan Melayu, yang di Aceh. Kecantikan dan kecerdasan puteri-puteri Jeumpa (Aceh) sudah menjadi wacana tersendiri bagi pembesar-pembesar istana Perlak, Pasai, Malaka, bahkan sampai ke Jawa. Oleh karena itu seorang raja Jawa Maharaja Majapahit, Barawijaya V sangat mendambakan seorang permaisuri dari Jeumpa. Bahkan dalam Babat Tanah Jawi, disebutkan bagaimana sang Prabu mabok kepayangnya ketika bertemu dengan Puteri Jeumpa yang datang bersama dengan rombongan Maulana Malik Ibrahim.
[5] Permaisurinya Maha Prabu Brawijaya V adalah Puteri Jeumpa yang berasal dari Aceh, dari pasangan ini kemudian melahirkan Raden Fatah, Sultan pertama Kerajaan Islam Demak, kerajaan Islam pertama di tanah Jawa.
[6] lihat Martin Van Bruinessen yang telah memetik tulisan dari  Saiyid ‘Al-wi Thahir al-Haddad, dalam bukunya Kitab Kuning.
[7] Lihat versi Meinsma, dalam Babad Tanah Jawi. Ia menyebutkan Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah orang Jawa terhadap As-Samarqandy.
[8] Lihat Ayzumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah Dan Kepulauwan Nusantara Abad 17 Dan Abad Ke 18,(Bandung: Mizan, 1994).
[9] Nama Syekh Ainul Yaqin diperoleh ketika ia telah tamat menuntut ilmu di Pasai, “Ainul Yaqin” yang di sandang itu adalah pemberian dari gurunya yang berada di Pasai. Dan Raden Paku berhasil mendapat Ilmu Laduni.
[10] Ismail Jakup, Sejarah Islam di Indonesia, (Jakarta: Widjaya) hlm 31.